Langsung ke konten utama

Puisi- Puisi Dede Rostiana

Dok. Pribadi

Dede Rostiana




BERPUISI

Puisi membawaku
Di mana kau dan kata-kata berbaur

Pagi kureguk bersama kopi
Siang untaian kata berdendang
Berkhayal di cover majalah
Malam pun berpeluk sajak
Dinding-dinding batinku penuh coretan
Tentang cinta yang terus menerus ingin kutaklukkan.
Puisi membawaku
Senja yang menjingga
Dengan  kata-katamu yang penuh warna
Berangkulan kata-kata kita di sana
Tasikmalaya, Maret 2019 


JELMAAN RINDU


Di pelukan bulan
Cinta bercahaya
Membias senyum
Penuh makna
Tiada ratapan setiap malam
Hanya rangkulan erat dan basah bibirmu
Memagut rindu.
Bayangan suram adalah masa lalu
Sinar di wajahmu menghapus riak kelam itu
Nyanyian malam telah memanjakanku 
Bolehkah  aku  ungkapkan?
Rasa cinta yang dalam
Tak hanya lewat pantun atau gurindam
Karena
Kata-kata semakin majemuk
Saat rindu  menjelma mengamuk
Tasikmalaya, February 2019



LAYANG-LAYANG

Layang-layang berkejaran
Warna-warni menceriakan wajah langit
Perahu nelayan menjauh dari pandangan
Aku tanam kakiku terbenam
Di lembutnya pasir
Hijabku menari dimainkan angin yang berdesir
Layang-layang semakin tinggi
Dirangkul awan menuju langit
Mengawal  mimpi yang melangit
Layang-layang semakin melayang
Bergoyang ditiup angin
Membawa keinginan-keinginan
Yang tak kubiarkan menghilang

         Tasikmalaya, Oktober 2018

MENYUSUN JEJAK

Tentang tugas
Tumpukan kertas yang mesti tersusun
Menyusun jejak-jejak hidup

Agar masa silam tetap terbaca
Karir tersulam  terbingkai kaca
Ada tinta emas tergoreskan
Di lembaran tebal penuh warna

Disudut kanan warna biru
Menggarisbawahi usiaku

Masa itu
Berderet catatan langkah-langkah
Kala berjuang tiada lelah
Semua kan menjadi sejarah
Karena do'a 
Hidup pun  berkah 

Tasikmalaya, Oktober 2018

SERINGAN RANDU

Ranting kering yang meranggas
Bertanding dengan usia dan tidur pulas
Waktu yang selalu bergegas
Hadiah dan ujian silih berganti
Tiada lepas
      
            Saat salah satunya selesai 
            Lembaran mimpi terbuka lagi
Optimis langkah pun ringan
Seringan randu bertebaran
Setiap jalan ditempuh
Tiada lelah dan rasa puas

Ranting kering yang meranggas
Nyaring berdenting saat jatuh 
Saat itu usiaku, badanku mulai merapuh
Masihkah jalan dunia yang kurengkuh
Beterbangan jiwaku seringan randu
Bila saja tahu usiaku
Memilih selalu menjumpaiMu
Tasikmalaya, September 2018

Penulis bernama Dede Rostiana, lahir di Tasikmalaya, 1972. Pengajar di SMP Pesantren Cintawana Tasikmalaya. Penulis bergabung dengan beberapa komunitas menulis di Media Sosial. Karya penulis berupa Puisi, cerpen, carpon, fiksimini dan Artikel pernah dimuat di Majalah Mangle, Majalah Guneman,  surat kabar ; Kabar Priangan, Siap Belajar, Surya Rengganis dan Pikiran Rakyat. Penulis bergabung dengan beberapa Antologi bersama baik Puisi, Cerpen, dan Cernak. Penulis juga telah menerbitkan dua Antologi Puisi tunggal ; Merindu Bulan dan Sunrise di Matamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...