Langsung ke konten utama

Bantu Atasi Bencana Asap, ACT Aceh – MRI Berangkatkan Relawan ke Riau



Banda Aceh – Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh memberangkatkan sebanyak 10 relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh menuju Riau untuk ikut membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan serta dampaknya. Pelepasan relawan berlangsung pukul 12.00 WIB di depan Kantor ACT Aceh, Jalan Tgk M Daud Beureueh, Banda Aceh, Senin (23/9).

Sebelum berangkat, relawan mengikuti apel kemanusian. Adapun relawan perwakilan dari berbagai MRI yang tersebar di berbagai daerah di Aceh tersebut dibagi ke dalam beberapa bidang seperti medis, dapur umum, logistik, dan rescue. 

Kepala Cabang ACT Aceh Husaini Ismail menuturkan bahwa relawan yang diberangkatkan ke Riau diharapkan terlibat aktif mengatasi kebakaran serta dampaknya. “Seperti kita ketahui bersama, kebakaran di sebagian wilayah Sumatera berdampak semakin luas. Bahkan sekarang kabut asap sudah mulai menyelimuti langit Aceh,” ucapnya.

Ia menjelaskan, kabut asap akibat kebakaran memiliki efek sangat tidak menyehatkan bagi tubuh. Kabut asap mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan bernapas. Apabila tidak ditangani bisa menyebabkan risiko lebih serius.

Sampai saat ini tim MRI-ACT sudah berada di lokasi kebakaran dan sekitarnya untuk ikut membantu. Pemberangkatan relawan dari Aceh ke sana merupakan bentuk partisipasi aktif MRI-ACT karena melihat seriusnya dampak kebakaran ini.

Ia mengharapkan, kebakaran hutan dan lahan bisa segera berakhir. Sehingga semua orang bisa kembali merasakan nikmatnya udara segar. Adapun MRI-ACT seluruh Aceh sampai saat ini terus bergerak menggalangan kepedulian masyarakat. Mereka turun ke jalan, sekolah-sekolah, dan lokasi keramaian lainnya guna mengajak masyarakat berpartisipasi mengatasi bencana kabut asap.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...