Langsung ke konten utama

Kewirausahaan dan Praktiknya di Aceh


Oleh Irianda Khadhri Hunaifi
Mahasiswa  Prodi Perbankan Syariah, FEBI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

            Kewirausahaan merupakan sesuatu yang tak asing lagi bagi kita di zaman milenial ini. Namun masih banyak kita melihat yang menyalah-artikan kewirausahaan ini sendiri. Orang-orang masih beranggapan bahwa kewirausahaan itu masih hanya sebatas memiliki toko dan menjual barang-barang. Namun kewirausahaan yang sebenarnya itu adalah bukan hanya sekedar berjualan, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang memberikan inovasi yang baru dalam memberikan pelayanan kepada konsumen berdasarkan kebutuhannya ataupun dalam bentuk lain seperti penulis, gamer, dan sebagainya, mereka juga dikatakan sebagai seorang wirausahawan.   
Mindsetyang ditanamkan orang-orang selama ini adalah seorang wirausahawan tidak memiliki penghasilan yang tetap sehingga banyak orang lebih memilih menjadi seorang pegawai negeri karena penghasilannya yang tetap dan hidupnya terjamin. Apabila kita melihat pada masa yang lalu, maka benar apabila seorang pegawai negeri lebih makmur. Namun, jika melihat pada masa yang sekarang ini, kehidupan seorang wirausahawan lebih makmur karena mereka tidak mempunyai tekanan dalam pekerjannya dan rata-rata seorang wirausahawan tidak memaksakan target yang ingin diraih. 
Berbicara tentang kewirausahaan, ada beberapa pendapat para ahli tentang kewirausahaan, yang pertama yaitu dariArif F. Hadipranata. Menurutnya wirausaha itu adalah sosok yang mengambil risiko yang dibutuhkan untuk mengelola dan mengatur segala urusan, serta menerima sejumlah keuntungan finansial maupun non finansial. Selanjutnya ada dari Thomas W. Zimmerer yang mengatakan bahwa Kewirausahaan ialah penerapan keinovasian dan kreativitas untuk pemecahan masalah dan memanfaatkan sebagai peluang yang dihadapi orang lain setiap hari. Tentu masih ada beberapa pendapat lainnya yang pada intinya bahwa kewirausahaan itu adalah orang yang berani mengambil risiko dan selalu mempunyai inovasi untuk mengembangkan sesuatu.
Melihat kewirausahaan yang ada di Aceh kini. Di Aceh sendiri masih kurang kreatif untuk berwirausaha. Ketika awal mula muncul bisnis makanan Geprek Bensu di Banda Aceh, tak lama kemudian muncullah jenis usaha yang sama yaitu ayam geprek yang dapat kita temukan di setiap sudut kota Banda Aceh. Kemudian muncul usaha cappucino cincau, dan tak butuh waktu lama juga usaha ini muncul di setiap sudut kota Banda Aceh. Ini memperlihatkan bahwa masyarakat Aceh masih belum kreatif dalam membuat suatu jenis usaha dan juga hanya mengikuti usaha yang sedang tren dimasyarakat. Alangkah baiknya kita selaku generasi muda mulai membuat suatu inovasi yang kreatif dalam membuat suatu jenis usaha, sehingga konsumen memiliki banyak opsi untuk menggunakan jasa yang diberikan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...