Oleh: Maulidar Yusuf
Satu tubuh dibawa terbang
Terhenti pada ladang penuh darah di atas bulan-bintang
“haruskah kau diam?”
Ada suara dari mulut, membentak
Seribu serdadu berlari mengahampiri, memaksa diam
“tidak akan! Tidak ada bangsa ku yang boleh diam! Semua harus menyerang!”
“Hei kafir, jangan kau nodai tanah kami dengan tatanan permusuhan dan kebodohan!”
Raunganku semakin ganas
“hei bangsaku, jangan biarkan mereka mengadu kepala dengan kaki kita, mata dengan mulut kita, pikiran dengan nurani kita!”
Aku disekap, tanganku diikat
“Bangun bangsaku! Lawan mereka! Jangan pernah takut, Tuhan akan menolong kita! Lawan kebodohan ini!”
Mulutku dibekap, mataku ditutup, entah kemana aku digiring
Rumoh Cut Nyak Dhien, Lampisang
Komentar
Posting Komentar