Langsung ke konten utama

POTRET Gallery, Pusat Mainan Edukatif Yang Lebih Lengkap



Oleh Tabrani Yunis

Selama ini kita sering mendengar ungkapan bahwa dunia anak -anak adalah dunia bermain.  Para psikolog dan pemerhati anak bahkan terus mengkampanyekan agar anak-anak, terutama yang masih berada di level terendah, yang sedang menerima pendidikan di lembaga pendidikan setingkat PAUD dan SD agar tidak dipaksakan belajar seperti layaknya pelajar SMP dan sederajat, tetapi sebaliknya  anak-anak harus diberikan ruang dan kesempatan bermain yang cukup.  Anak-anak tidak boleh dipaksa belajar membaca dan berhitung, kecuali itu memang keiningan anak. Karena di masa anak-anak,  mereka cenderung ingin menikmati masa kecil mereka dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ( fun ) atau enjoyable.  Bermain bersama kana-kawan, atau dengan adik atau kayak di rumah. Pokoknya, berikanlah mereka banyak kesempatan bermain.

Nah, untuk bisa bermain yang menyenangkan tersebut, anak-anak kita membutuhkan alat-alat bermain yang kita sebut dengan mainan. Dalam hidup kita, para orang tua yang pernah hidup sebagai anak-anak, pasti ingat bahwa di masa kanak-kanak kita juga suka bermain. Kita suka membuat mainan sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Sehingga, bila kita sejenak bernostalgia ke masa lalu, ada bank mainan yang kita buat. Misalnya, kalau ingin mobil-mobilan, kita bisa buat dari pqelepah rumbia atau dari kayu. Begitu juga dengan bola maupun senjata mainan, kita bisa buat dari bambu dan sebagainya.

Kini, zaman sudah berubah. Kita sudah berada di era digital, di mana mainan -mainan yang beredar dan dimainkan oleh anak-anak pun semakin serba digital. Sehingga, mainan-mainan tradisional dan bahkan mainan-mainan biasa judah jarang dimainkan.  Anak-anak sekarang malah lebih suka dengan gadgets yang kaya dengan aplikasi mainan.

Lalu, ketika anak-anak kita semakin dekat dan ketagihan ( addicted) dengan gadgets, muncullah kegelisahan di kalangan orang tua. Ada ketakutan orang tua, bila anak-anak semakin subit repas dari gadgets. Orang tua takut akan dampak dari penggunaan gadgets ole anak-anak, baik pada aspek kesehatan mata, maupun aspek lain yang mempengaruhi pada motivasi belajar dan sebagainya. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, karena kita belum berbudaya dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara berbudaya.

Tentu saja kita tidak boleh melarang atau menjauhkan anak-anak kita dari gadgets, karena ini memang kebutuhan di era mereka. Namun, kita bisa melakukan banian hal agar mereka bisa memanfaatkan dan menggunakan gadgets secara berbudaya. Orang tua dituntut untuk lebih arif atau bijaksana. Anak-anak tidak tahu bahwa kebutuhan mereka di masa depan itu seperti apa. Mereka belum faham bahwa mereka harus menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Oleh sebab itu, ada banyak cara yang bisa dilakukan bleh orang tua. Salah satu caranya adalah dengan memfasilitasi anak-anak tersebut dengan mainan-mainan kreatif lain yang edukatif. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini, judah banyak sekali mainan edukatif yang bisa merangsang sikap kreativitas anak. Mainan puzzle misalnya. Mainan puzzle juga banyak jenis dan ragam serta modelnya. Coba perhatikan salah satu mainan puzzle di bawah ini.



Puzzle yang terbuat dari bahan kayu berupa wood craft construction yang sudah didesain sesuai dengan perkembangan usia anak dan sangat menarik bagi anak, terutama yang suka dengan hal-hal kreatif. Anak-anak yang suka berkreasi ataupun yang masih belum kreatif, akan sangat terangsang dan termotivasi untuk merangkainya menjadi bangunan yang sesuai dengan yang telah dirancang. Di sini, anak-anak akan membongkar papan tersebut sesuai dengan potongan-potongan yang dibongkar tersebut dan kemudian dirangkaikan hingga membentuk bangunan seperti rumah, mobil atau pesawat dan lain-lain. Puzzle ini bisa dibeli di toko-toko yang menjual mainan edukasi. Bila merasa sulit mendapatkannya, bisa dipesan di POTRET Gallery. Bisa datang ke POTRET Gallery di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh.

Selain beragam mainan edukasi dalam bentuk puzzle, POTRET gallery yang menjadi pusat mainan edukasi di kota Banda Aceh, juga menyediakan banyak ragam mania edukasi yang lainnya. Coba lihat foto di halaman depan tulisan ini. Kita melihat mainan berupa susunan kayu-kayu yang judah dirancang sedemikian rupa until membuat anak-anak suka dan bahagia memainkan mainan tersebut. Selain membahagiakan anak, mainan tersebut juga data memupuk sikap kehati-hatian, saber dan telaten pada anak. Pokoknya, mainan edukatif tersebut memang membuat anak-anak tidak hanya suka dan gembira serta bahagia, tetapi juga menjadi media belajar yang sangat menarik bagi anak.

Kalau kesulitan mendapatkan mainan semacam ini, tidak perlu risau. Mengapa begitu? Jawabannya juga sangat sederhana. Ya, POTRET gallery itu sangat peka dan peduli terhadap kebutuhan anak-anak. Oleh sebab itu, POTRET Gallery saat ini, bisa dikatakan sebagai pusat penjualan mainan edukasi yang lebih lengkap dan lebih murah di kota Banda Aceh. Jadi, jaagan tungnu lama-lama. Nanti stocknya habit dan harus menunggu sekian lama. Segeralah ke POTRET gallery di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh. Para pelanggan akan dilayani dengan sepenuh hati. Tunggu apa lagi?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...