Langsung ke konten utama

Begini Upaya Dinsos Tertibkan Gepeng Di Banda Aceh



Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh terus berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial di masyarakat Kota Banda Aceh.

Dalam hal ini, Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial,  TM. Syukri, S.Sos, MAP mengatakan pihaknya telah melakukan penertiban gelandang dan pengemis (Gepeng) pada Kamis (23/7/20) lalu.

Syukri mengatakan penertiban yang juga melibatkan  Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh berhasil terjaring 10 Gepeng yang sedang melakukan aksinya di persimpangan dan sudut Kota Banda Aceh. 

"Penertiban bersama Satpol PP dan WH ini  berdasarkan perintah wali kota di  beberapa titik seperti di Jambo Tape, Simpang BPKP, Simpang Tiga dan di sekitaran Neusu," kata Syukri saat dikonfirmasi pada Senin (27/07/2020).

Kata Syukri, dari 10 Gepeng tersebut hanya satu orang yang merupakan warga Kota Banda Aceh, selebihnya adalah warga pendatang dari luar kota dan sekarang sedang dilakukan pembinaan di Rumah Singgah Dinsos di Gampong Lamjabat, Kecamatan Meuraxa.

"Kita melakukan pembinaan lebih seperti biasannya dan mereka akan dibebaskan setelah lebaran sesuai dengan arahan pak wali kota," kata Syukri.

Selain pembinaan, Syukri mengatakan upaya lainnya yang diberikan yaitu Bantuan Sosial Penyandang Disabilitas bagi Penyandang Tuna Netra, Anak Dengan Kecacatan (ADK) dan Orang Dengan Kecacatan Berat (ODKB) .

"Bantuan ini diberikan untuk setiap tahunnya sebesar Rp.4 juta per orang. Bantuan ini diberikan dengan harapan penyandang disabilitas tidak turun kejalan untuk meminta-minta lagi," kata Syukri.

Syukri menegaskan, untuk Gepeng yang telah mendapatkan bantuan tersebut akan dipertimbangkan kembali pemberian bantuan di tahun depan jika kedapatan masih turun ke jalan untuk meminta-minta.

Ia juga berharap, untuk pengguna jalan serta masyarakat Kota Banda Aceh agar tidak memberi dalam bentuk apapun kepada Gepeng yang meminta-minta.(Rid/Hz)

Sumber : Diskominfotik Banda Aceh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...