Langsung ke konten utama

Ketika Salah Memilih Masa Depan



Oleh : Riska Muliani

Mahasiwa Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN  Ar-Raniry Banda Aceh

Dalam menggeluti dunia perkuliahan tentu saja banyak hal yang dipersiapkan, mulai dari memilih jurusan hingga prediksi ke depannya. Nah, bagaimana jika itu semua tidak dipersiapkan dengan matang? Kita perlu membahas hal ini, karena banyak kasus mahasiswa yang tidak memiliki persiapan dan juga prediksi ke masa depan. Bila kita telusuri lebih jauh di kalangan mahasiswa,  banyak mahasiswa dan mahasiswi yang menjalani perkuliahan di setiap universitas yang jika ditanyakan tentang mengapa memilih jurusan ini, pasti 50% bahkan mungkin lebih dari mereka tidak bisa menjawab. Jika pun mereka menjawab, pasti karena itu pilihan ke-2 aatau ke-3 dan bahkan mungkin mereka tidak tahu sama sekali tentang jurusan yang mereka ambil atau pilih. 

Hal in mengingatkan penulis ketika pada pertanyaan sang dosen, Tabrani Yunis yang mengasuh mata kuliah entrepreneurship.  Beliau bertanya kepada satu persatu mahasiswa dan mahasiswi yang hadir kala itu. Pertanyaannya sederhana, Pertama, “mengapa anda memilih jurusan ini”. Kedua, ini  pilihan ke berapa? Lalu yang ketiga,  sudah kenalkah anda dengan  jurusan ini?

Hampir semua mahasiswa/i menjawab seperti yang penulis bahas di atas. Aneh bukan? Sewajarnya pula kita bertanya, mengapa bisa menjadi seperti itu? Apakah karena mereka kurang paham akan dunia perkuliahan atau kurang bimbingan dan pemahaman akan dunia pendidikan dari orang dewasa?

Ya, realitas banyaknya mahasiswa yang sedang kuliah atau belajar di perguruan tinggi di jurusan-jurusan yang mereka tidak pernah tahu ke mana arah yang dituju,  bukan pula jurusan yang menjadi pilihan pertama, tetapi ke dua dan malah pilihan ke tiga yang dipilih dalam ketidaktahuan adalah sebuah kondisi yang mengancam masa depan mahasiswa itu sendiri. Sayangnya, jumlah yang tersesat itu cukup besar. Cobalah telusuri dalam satu angkatan atau letting saja, pasti terdapat banyak mahasiswa yang salah pilih dan bahkan disebut tersesat di belantara kampus itu. Sayangnya, sudah tersesat, lalu tidak menyadarinya dan hanya ikut arus tanpa ada pencerahan.

Idealnya, ketika masih di SMA, para siswa mendapatkan bimbingan dalam memilih pendidikan lanjutan di perguruan tinggi. Hal ini penting karena banyak lulusan SMA yang kurang pemahaman akan dunia perkuliahan, bahkan mungkin mereka tidak tahu sama sekali akan dunia perkuliahan itu seperti apa. Mengapa ini terjadi? Salah satu penyebabnya adalah karena kurang membaca dan kurang atau tidak diberikan pemahaman yang diberikan oleh orang dewasa. Sehingga mereka memilih jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Memilih jurusan ikut-ikutan kawan dan bahkan mengambil jurusan asal-asalan yang penting kuliah. Semua itu terjadi karena kemungkinan tidak ada arahan sama sekali, baik itu dari sekolah maupun orang tua. Sementara lulusan SMA yang masih tabu dengan dunia pekuliahan, yang mereka pikirkan adalah bisa kuliah.  Bisa jadi ada  sebagian sekolah yang memberi pemahaman kepada siswa/i akan dunia perkuliahan dengan memberi informasi dan bahkan ada yang memberi arahan kemana seharusnya mereka kuliah dan memilih jurusan yang cocok bagi mereka. Biasanya, yang mendapatkan arahan, akan lebih jelas pilihan mereka.

Contohnya: seorang guru memberi arahan kepada siswa siswi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dengan cara memberi gambaran kepada siswa siswi “kamu bisa mengambil jurusan ini, jika kamu mengambil jurusan ini, ini sesuai dengan kemampuan kamu”. Di sini guru memberi arahan dan gambaran kepada siswa-siswinya agar mereka bisa mempertimbangkan dan memiliki gambaran sedikit akan masalah jurusan di perkuliahan dan mereka bisa mempertimbangkan dengan bertanya kepada orang tua.

Tapi bagaimana jika sekolah-sekolah atau bahkan orang tua yang tidak memberi arahan sama sekali dan bahkan tidak memberi pemahaman sedikitpun tentang dunia perkuliahan? Apa yang akan terjadi, jika mereka kuliah  dengan jurusan yang mungkin tidak cocok dengan mereka? Inilah yang dikatakan tersesat di belantara kampus. Berbeda jika ada orang tua atau saudara mereka yang mengerti akan dunia perkuliahan, kemungkinan mereka sudah ada gambaran sedikit tentang dunia perkuliahan. apakah tidak disayangkan jika para remaja yang akan memimpin di masa yang akan datang tersesat dalam dunia perkuliahan? Bagaimana pula dengan  sebagian remaja yang kuliah hanya untuk memunuhi keinginan orang tua untuk kuliah tetapi mereka tidak pernah bertanggung jawab dengan perkuliahan tersebut? Apa artinya mereka hanya bermain dan bergaya di depan orang banyak dan menunjukkan bahwa diri mereka hebat?  Sementara uang orang tua habis untuk memberi anak mereka pendidikan agar kehidupan anaknya lebih baik lagi ke depannya. Ironisnya lagi ada yang  mengganggap pendidikan itu tidak penting.

Di sini lah letak pentingnya fungsi sekolah dan guru BK memberikan bimbingan karir kepada siswa saat masih di SMA. Bimbingan dan konseling sebagai proses interaksi antara konselor dengan konseli ( siswa-siswi/ klien ) baik itu secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan untuk  membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Membimbing memberi arahan pemahaman kepada konseli dengan begitu konseli tidak salah dalam mengambil langkah. Memilih jurusan adalah termasuk masalah bagi klien jika mereka tidak mengetahui potensi apa yang ada pada diri mereka dan ketika mereka sudah menduduki dunia perkuliahan mereka baru tahu bahwasannya di uiversitas itu sangat banyak jurusan yang mungkin cocok dengan diri merea. Juga banyak dari mereka tertarik dengan jurusan lain ketika mereka sudah menduduki dunia perkuliahan. Karena pada dasarnya ada 3 tipe manusia dalam menjalani perkuliahan. Pertama, salah memilih jurusan dan akhirnya pindah jurusan lain karena mereka anggap mereka tidak cocok atau tidak sanggup dengan jurusan sebelumnya. Ke dua, ketika mereka salah jurusan mereka tetap lanjut sampai mereka selesai kuliah karena mereka anggap itu mungkin takdir. Ke tiga,  ketika mereka salah jurusan dan tidak sanggup memikirnya lagi maka mereka keluar kuliah. Namun juga bukan 100% salah guru ataupun sekolah tapi juga dari diri siswa/i tersebut yang menganggap acuh tak acuh akan dunia perkuliahan.

Ketika kita memilih jurusan harus kita pikirkan dengan matang dan sebisa mungkin mencari informasi tentang dunia perkuliahan dengan begitu kita bisa memilih jurusan sesuai dengan passion kita.  Ada pepatah bilang  “ketika kita memilih jurusan, maka itu adalah jalan masa depan kita”. Jadi para siswa di SMA sebaiknya membaca dan mencari informasi dari sekolah, guru BK, orangtua dan orang sekitar agar  bisa memilih jurusan yang tepat dan cocok. Sehingga tidak ada penyesalan di masa yang akan datang.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...