Langsung ke konten utama

ACT Aceh Borong Dagangan, Bang Acong, Sang Difabel yang Berjualan di Atas Kursi Roda

 


Banda Aceh – Potretonline.com, 22/08/21. Matahari hampir berada di atas kepala. Lelaki itu tampak terduduk di kursi rodanya dengan pisau melekat di tangannya, menerawang jalanan dengan tatapan yang kosong. Hari ini tampak sepi, hari Jumat. Tak banyak yang berlalu-lalang, bahkan yang datang hanya sekedar menanyakan harga.

Lelaki itu Bernama Supriadi, namun akrab disapa Bang Acong. Ia adalah penjual ikan difabel di daerah Merduati, tepatnya disebelah SD Negeri 8 Banda Aceh. Kedua kakinya tak bisa digerakkan sama sekali, ia berjualan setiap pagi hingga menjelang siang hanya ditemani oleh istrinya.

Pria berumur 39 tahun ini adalah warga asli Gampong Merduati, banyak warga mengenal beliau adalah sosok yang gigih dan pekerja keras. Dahulu ia berjualan ikan berkeliling Banda Aceh dan Aceh Besar dengan becaknya, hingga kecelakaan merenggut kakinya hingga lumpuh.

“Itu tahun 2016. Saya dulu kecelakaan di Seulawah waktu berkendara pakai becak ikan. Kaki saya yang jadi korbannya, pilihannya ada 3, memakai kaki palsu tapi diamputasi, memakain besi pen tapi kaki saya hanya bisa lurus tidak bisa bengkok, atau dibiarkan begitu saja. Saya memilih untuk dibiarkan saja, tidak ingin diamputasi,” cerita beliau.

Meskipun ruang geraknya terbatas, namun semangat Bang Acong tidaklah surut. Setiap hari beliau dan istri sangat bersemangat untuk berjualan. Bang Acong yang duduk di kursi roda memiliki tugas untuk membersihkan ikan-ikan ketika datang pembeli. Sedangkan istrinya yang lebih gesit dalam mengambil ikan, mengangkat peralatan jualan dan melayani para pembeli dengan sangat ramah.

Keterbatasan fisik ini tak berarti karena semangatnya untuk menghidupi 3 orang anaknya yang masih bersekolah. 

Ketika tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh datang dan memborong dagangan beliau, Jumat (20/8/2021), dan memberikan modal lebih untuk kelangsungan usaha beliau, suasana langsung berubah menjadi haru. Bang Acong gemetar dan menahan air mata yang perlahan terjatuh, istrinya mengucapkan syukur dengan raut wajah Bahagia.

“Alhamdulillah bang, rezeki saya. Hari ini memang sangat sepi sekali pembeli, saya kira akan rugi. Dengan adanya ini, saya jadi bisa meneruskan usaha ini,” ucapnya terisak.

Lalu kemudian ikan yang telah diborong oleh tim ACT Aceh bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Banda Aceh diberikan dan dibagikan kepada siapa saja yang datang untuk membeli ikan dari Bang Acong.

Tim ACT Aceh memborong dagangan Bang Acong merupakan salah satu program dari ACT-Global Wakaf di masa pandemi Covid-19 dalam rangka membantu pedagang kecil dan UMKM yang terdampak perekonomiannya agar dapat bertahan dan membagikan hasil borongan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Terima kasih, tadinya saya datang ke Bang Acong ingin berhutang dulu karena belum ada uang, ternyata di hari Jumat yang berkah ini ada yang memberikannya (ikan) secara percuma,” ucap salah satu warga yang datang ingin membeli ikan.

Apa yang ACT Aceh lakukan ini sempat viral di media sosial Instagram dan menarik perhatian banyak masyarakat. Rata-rata dari mereka memberikan empati dengan berdonasi untuk membantu pedagang kecil lainnya seperti Bang Acong. Beberapa juga memberikan pernyataan bahwa mereka sering membeli ikan dari beliau.

Kepala Cabang ACT Aceh, Zulfurqan mengajak kepada seluruh masyarakat, khususnya Aceh agar lebih banyak membantu saudara kita yang membutuhkan mulai dari yang terdekat.

“Dengan kisah dari Bang Acong yang gigih berusaha untuk keluarganya walaupun tidak dapat menggunakan kakinya ini kita dapat berkaca bahwa diluar sana masih banyak mereka yang berekonomi lemah namun masih berusaha untuk dapat hidup dalam kesulitan. Semoga dengan apa yang kami lakukan ini dapat menggerakkan hati saudara kita yang lain, untuk membantu sesama,” tambahnya.

Mari sahabat, ACT Aceh mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih banyak lagi berbagi kebaikan dengan membantu pedagang kecil lainnya seperti Bang AcongCaranya bisa dilakukan dengan borong dagangannya sekaligus memberi modal untuk mereka atau juga dapat melalui atau melalui rekening atas nama Aksi Cepat Tanggap di BSI 7089786023 dan Bank Aceh Syariah 01001930009205Konfirmasikan donasi sahabat melalui pesan pribadi Instagram @act_aceh atau melalui nomor 082283269008. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...