Langsung ke konten utama

Kontibusi Pemuda Melestarikan Bahasa Indonesia




Oleh Retno Nurhayati

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Surakarta 

 

Memperingati hari sumpah pemuda, memang tidak lepas dari peran pemuda-pemudi Indonesia dengan ketiga sumpah yang telah diikrarkan pemuda-pemuda Indonesia 93 tahun yang lalu. Bangsa Indonesia yang telah mencapai kemerdekaannya tidak lepas dari adanya sumpah pemuda yang digelar pada 28 oktober 1928. Dalam sumpah pemuda yang ketiga, bahasa indonesia menjadi bahasa nasional yang sampai saat ini masih digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahasa sebagai suatu media komunikasi yang sangat penting, sehingga dapat menyatukan berbagai elemen bangsa Indonesia. Bahasa nasional yang menjadi jembatan penghubung komunikasi antar daerah dan suku bangsa yang ada di Indonesia. Pemuda Indonesia menjadi salah satu foktor untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia. 


Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan. Bahasa Indonesia yang ada kini digunakan oleh kaum muda didominasi oleh percampuran bahasa asing yang ada. Percampuran bahasa Indonesia dan bahasa asing akan membuat struktur kebahasaan yang ada menjadi tidak padu.


Peran pemuda masa kini memang bukanlah untuk berperang lagi melawan penjajah. Perannya kini lebih besar yaitu menjaga dan melestarikan apa yang telah leleuhur kita tinggalkan. Menjaga bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memanglah tidak mudah. Seluruh elemen bangsa Indonesia memiliki peran untuk menjaga bahasa indonesia. 


Menjaga bahasa Indonesia bukanlah tentang sebuah perjuangan yang berat. Kita sebagai pemuda bisa menjadi tonggak utama dalam menjaga bahasa dengan cara mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam kehidupan keluarga, lingkungan pertemanan, atupun dalam lingkungan bermasyarakat.


Sebagai kaum muga generasi bangsa Indonesia mari peringatan sumpah pemuda jangan hanya sebagai angin berlalu, tetapi refleksi mengenai cikal bakal bangsa Indonesia ini. Dengan ketiga sumpah yang diikrarkan ini, kita sebagai pemuda-pemudi Indonesia harus menaruh perhatian lebih pada peringatan ini, merefleksikan diri terhadap pristiwa tersebut. Selalu memperhatikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengabdikan diri untuk bangsa dan negara. Memberikan kontribusi yang nyata pada bangsa ini.


Banggalah untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, jangan lupakan bahasa daerah dan tetap pelajarilah bahasa asing untuk menjunjang kemajuan zaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...