Langsung ke konten utama

Untaian Puisi Dian Sarmita




 Apakah Aku Sedang Jatuh Cinta?

 

Ketika hati bertabur rasa bahagia

Darah mengalir indah

Napas mengalir merdu

Jantung menggoyangkan

Dunia milikku


Waktu bertabur senyum

Pipi merah merona

Suara bergendang

Langkah menari

Bumi milikku

 

Keindahan alami terpancar

Tuhan, cinta itu memang maha rasanya

Ketika langit dan bumi menyatu

Cintaku memang sedang mekar

 

 

Lupa

 

Kemarin aku duduk di sudut rumah

Kupandangi semua penjuru

Aku memang mencari sesuatu

Tetapi apa itu?

 

Janggal memang

Terasa di hati jauh di bibir

Batin meronta

Apa itu?

 

Rasa ini aneh, kawan

Aku rasakan tapi tak bisa kuceritakan

Berupaya terus mencari tahu

Tapi semuanya seperti mengabur

Terawanganku tak kabur

 

 

Ketika Ditinggal Pergi

 

Mengingatmu, menyesak

Rindu yang pasti takkan ada pelabuhan

Sepi di jiwa ini

 

Dan akhirnya aku rasakan

Kupaksa mengerti, hati terluka

Duniaku runtuh, gelap, pedih

 

Darah membeku,

Yang ditakuti datang tiba-tiba

Indah manisnya dunia sirna

 

Hancurlah impian, harapan

Haruskah kututup cerita

Biar tak menganga luka

 

Takkan sanggupku melupakan

Tak sanggupku mengingat

Berenang dalam duka

Yang tak melihat tepian

 

Kepada siapa luka ini kubagi

Cinta pertamaku sejak kanak hilang,

Sosok yang membanting tulang itu, pergi

 

Engkau satu-satunya yang tahu

Engkau satu-satunya saksi

Ya Rabbi




Dian Sarmita, lahir pada Januari 1988. Berdomisili di Solok Selatan. Kini sedang tekun belajar di Kelas Menulis Daring Asuhan Muhammad Subhan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...