Oleh Khairudin Budiman
Ketua Harian PP Jaringan Sekolah Digital Indonesia
Dulu saya menganggap pahala itu seperti lembaran voucher yang dikumpulkan di dunia, lalu ditukar di akhirat. Semakin kemari, semakin berpikir saya, bagaimana cara kita ngecheck jumlah pahala yang kita kumpulkan?
Mendengar ceramah-ceramah Gus Baha, malah semakin agak kebalik pikiran saya. Ibadah kok kayak transaksional, kerjakan ini dapat itu. Gus Baha malah menertawai jika beribadah berharap pahala. Tanpa pahala, apa kita tidak mau beribadah ?. Bukankah kasih sayang Allah sangatlah luas, fleksibel, semua bisa tak terduga dalam kenikmatan? Bukankah kasih sayang Allah yang membuat kita menuju surgaNya?
Bahkan kecintaan kepada Allah menjadikan sosok seperti Rabi'ah meminta Allah menutup pintu surga atas kehambaanNya yang tulus. Dia mencari kecintaan Allah, pasti melebihi surga.
Apa lalu kita tak boleh berharap pahala? Tentu saja, Allah menjanjikan reward dan Allah senantiasa menepati janjiNya. Wajar saja jika kemudian terselip asa. Manusiawi. Lantas kapan pahala itu tiba?Saat kiamat kah?
Mendengar paparan Gola Gong kemarin di kegiatan Literasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Aceh Utara (trims Bu Srianti Fuji yang bersedia mengundang saya), dia memaknai pahala dengan pola berbeda. Semua kenikmatan yang diperoleh di dunia adalah pahala, istri cantik, anak yang berpendidikan tinggi, karir yang bagus, karya yang berhasil diorbitkan, itulah pahala-pahala yang semua nikmat mulai dari dunia, semoga kelak berlanjut di akhirat. Begitu kata Gola Gong.
Gola Gong tentu bukan ustadz yang menghafal puluhan, bahkan ribuan ayat atau hadits. Gola Gong hanya kaum literat yang rajin membaca dan produktif menulis. Pikirannya unik, menikmati ibadah tanpa transaksional, termasuk membaca pun dianggap ibadah. Segala kenikmatan yang diperoleh adalah konsekuensi dari kebaikan dan dimaknai pahala.
Sata pun pantas mensyukuri apa yang saya peroleh, istri shalehah, anak-anak yang cerdas, orangtua bijak, kakak adik yang tulus dan teman-teman yang baik, semua pahala. Berbuat kebaikan agar nikmat Allah mengalir dalam kedamaian, itulah pahala di dunia.
Tabarakallah
Masha Allah. Semoga kita senantiasa bersyukur atas Niklas pahala yang selama ini tidak it sadari
BalasHapus