Langsung ke konten utama

ENGKAU TAK PERNAH MEMBENCI

 



Nurdin F.Joes:

** 


Tuhanku kekasih

Engkau tak pernah membenci

kecuali menguji

sejauh mana kami bersabar

sejauh mana kami merela 


Dengan gempa bumi

26 Desember 2004 itu

dengan skala 8,9 Skala Richter

pada pukul 07.58 lebih 38 detik

pada episentrum 2,19 lintang utara

--- 95,6 bujur timur

dengan kedalaman 20 km di laut

dan menjatuhkan ribuan rumah kami

itu pun bukan kebencian dari-Mu

itu adalah ujian

sejauh apa kami bersabar

sejauh apa kami dapat merela 


Dengan tsunami 15 menit kemudian

mematikan ratusan ribu korban

menghanyutkan ribuan rumah rakyat

menjatuhkan satu ton airmata

itu pun bukan benci dari-Mu

itu adalah ujian

sejauh apa kami bersabar

sejauh apa kami dapat merela 


Tuhanku penyayang

gempa telah Kau kirimkan

tsunami telah Kau kirimkan

karena kami sengaja meminta

karena kami sengaja merela

Di luar rumah-Mu ujian ini kami minta

dari kantor-kantor pemerintah kami minta

dari tangis anak yatim itu kami minta

dari tangisan para janda kami minta

dari dayah-dayah tempat mengaji kami minta

makanya kami telah merela

makanya kami telah bersabar 


Sekarang masih saja kami minta

melalui rumah-rumah pengungsi

melalui tangan-tangan penyalur bantuan

melalui kisah-kasih cinta antarremaja

melalui kisah-kasih antarsuami dengan isteri lelaki lain

antar isteri dengan para suami perempuan lain

kami terus meminta

dan kami terus meminta 


Setiap hari kami terus saja meminta

melalui keluh-kesah bila gempa susulan tiba

bukan malah berzikir

melalui tangis meraung bila gempa susulan tiba

bukan malah beristighrfar

melalui huru-hara bila gempa susulan tiba

bukan malah menyebut-nyebut nama-Mu 


Engkau tak pernah membenci

hanya menegur

terkadang terlalu keras menegur

seperti melalui gempa dan tsunami

sehingga harta benda kami menjadi debu

anak-anak kami menjadi yatim

menjadi piatu

suami isteri kami kehilangan pasangannya

itu sebentuk cara-Mu menguji

sejauh apa kami bersabar

sekuat apa kami merela 


Sepertinya kami masih kuat bersabar

dan masih kuat pula merela

karena entah masih ulamakah

ulama kami

entah masih umarakah

umara kami

masih aparat negarakah

aparat negara kami

masih bernama manusiakah

rakyat kami

jangan-jangan mereka adalah pemain sandiwara

yang pandai bercakap di mimbar

yang hanya  berbicara di suratkabar

menjual ayat-ayat-Mu

menjual undang-undang negara

kalau bukan begitu

pasti Engkau tidak menguji

pasti Engkau tidak menegur

uji dan tegur-Mu adalah sesuatu yang diminta 


Tuhan yang pemaaf

kami masih dapat bersabar

kami telah dapat merela

kami masih meminta uji tegur-Mu 


Banda Aceh, 19 Februari 2005


*NURDIN F.JOES*, penyair pemenang berbagai lomba cipta puisi. Satu di antaranya, dengan puisi berjudul Menangislah untuk Anak Anak Negeri (Weep for the Chindren of the Land) memenangkan Lomba Cipta Puisi Untuk Kemerdekaan Namibia (Toward Namibian Independence), dilaksanakan Kantor Penerangan PBB (UNIC), 1987.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...