Langsung ke konten utama

BURUNG BALAM KAMI




Oleh Delia Rawanita 

" Ayah, lihatlah. Ada burung masuk ke dalam rumah kita" teriak Niki gembira. 

" Tutup pintunya, biar tidak  keluar" teriak Biyu dari dalam kamar. Benar saja burung itu terperangkap di ruang tamu. Tubuhnya lemah tidak bergerak, pasrah. 

" Kasihan, pasti kamu lapar, ya" kata Niki sambil mengelus bulu burung dengan hati hati.   Biyu segera mengambil air dan beras.  Burung Balam berwarna putih bersih ternyata jinak, dalam sekejap burung tersebut sudah mulai berani beradaptasi, paruhnya dengan lincah mematuk beras yang diberikan Niki. 

Syukurlah, burung Balam sesat tersebut selamat di tangan Dua kakak beradik ini. Apalagi mereka ternyata  penyayang binatang.

" Yah, belikan sangkar buat burung ini " rengek Niki pada Ayah

" Kasihan burungnya, sudah tidak bebas hidupnya" sahut Ayah

" Jangan dilepas ya, Yah" kata Biyu sedih.

" Oke, mumpung hari libur, bagaimana kalau Ayah bikin tempat singgah burung di samping dinding rumah" hibur Ayah

" Nanti burungnya terbang dan tidak mau kembali" sahut Niki sedih

" Tenang , serahkan pada Ayah"   kata Ayah sambil mengelus kepala kedua anaknya dengan sayang.

" Maksud Ayah , nanti burung balam ini akan bertengger di sana dan ikut kawan kawannya juga?" tanya Biyu penasaran

Ayah dengan sigap mengambil bahan dan  perkakas yang ada di gudang.

Setengah jam kemudian beberapa rumah singgah burung sudah selesai. Ayah tidak lupa meletakkan jerami dan beras untuk memancing burung  yang lain untuk datang.

" Ayok kita antar burung ini ke tempat baru" ajak Ayah sambil membawa tangga.


" Tuut truu..tuut truuu.."  terdengar nyanyian Balam putih gembira ketika di tempatkan di sana. Suaranya  mengundang burung yang lain datang  satu persatu.

" Tuutt truuu..tuut truu.."  mereka saling bersahutan .

Luar biasa, sejak hari itu setiap pagi dan petang suara burung terdengar ramai. Mereka seakan  tahu bahwa penghuni rumah adalah orang yang baik hati. Kata bu guru  menyayangi 

binatang sungguh perbuatan yang  terpuji dan  sangat menyenangkan.


B.Aceh, 17 Sept 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...