Oleh: Dina Triani GA Kecantikan Betty membuat Firman terpukau. Tidak ada cacat cela yang tampak pada perempuan yang baru dilihatnya di tempat pemberhentian bus itu. Rambutnya yang terurai sebatas bahu berwarna sedikit kemerahan. Hidungnya bangir dan bibirnya mungil. Dari penampilannya, Firman menebak bahwa gadis itu seorang mahasiswi. Ia beranikan diri untuk berkenalan sambil menunggu bus menuju kampusnya berhenti di tempat pemberhentian. “ Mau kuliah, ya? “ tanya Firman sekenanya. Betty menoleh tanpa memberi jawaban. Firman dapat melihat raut wajahnya yang tampak enggan untuk berbasi-basi. Meski begitu, pemuda itu tak mau menyerah. “ Kuliah dimana? “ tanya Firman lagi. Betty mulai memainkan ponselnya, memberi isyarat bahwa ia tengah sibuk membalas BBM atau WA. Firman sadar kalau gadis cantik itu tidak berminat untuk berkenalan dengan dirinya. Padahal, untuk tahu namanya saja, itu sudah cukup bagi Firman. Apalagi sampai tahu dimana tempat tinggalnya, ...
Majalah Perempuan Kritis dan Cerdas