Oleh: Dina Triani GA (Writer/Author-Banda Aceh) Pria itu tampak selalu terburu-buru. Gerakannya serba cepat, baik ketika menutup pintu, berjalan ke garasi mobil, maupun mengambil surat dalam kotaknya. Laki-laki itu juga tak pernah mau membalas senyumku. Padahal aku yakin dia tahu bahwa aku adalah tetangga depan rumahnya. Pernah sekali waktu, aku tak sengaja menabrak tong sampahnya ketika memunduri mobilku. Ia ada disitu tengah memungut koran yang baru di lempar oleh tukang koran di pekarangan rumahnya. Anehnya pria itu sama sekali tidak menunjukkan rasa keget atau kesal. Ia bisa saja menghardikku dan aku juga tidak keberatan untuk minta maaf. Tetapi pemuda itu hanya melirik sekilas padaku, lalu masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu sementara sampah-sampah itu telah tumpah dan berhamburan di jalan akibat ulahku. Sejak kepindahannya ke rumah baru, belum pernah aku lihat dia bersama dengan orang lain selain kucingnya yang selalu menyambut ketika ia pulang. Laki-laki itu...
Majalah Perempuan Kritis dan Cerdas