Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

KEMBANGKAN LITERASI, SKM INDONESIA BERIKAN LAYANAN SOCIOEDUPRENEUR

BANYUMAS-  Berbicara mengenai literasi , maka tidak jauh dari kata membaca dan menulis. Hal tersebut tidak jauh dari perpustakaan atau taman bacaan masyarakat. Karena di tempat tersebut merupakan sumber bacaan. Berbicara mengenai perpustakaan maka lebih mengarah kepada instansi atau perkantoran. Sedangkan taman bacaan masyarakat adalah yang dikekola oleh masyarakat umum.  Melalui taman bacaan masyarakat (TBM) kebutuhan masyarakat akan bacaan menjadi lebih dekat. Namun kegiatan di TBM lebih mengarah kepada social pemberdayaan. Para pegiat TBM dituntut untuk terus berinovasi agar masyarakat tetap berkunjung ke TBM. Namun dibalik perjuangan pegiat TBM, mereka terganjal dengan ketidakseimbangan financial. Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi memaksa agar balance antara keuangan dan kegiatan social. Maka tidak boleh disalahkan jika sebuah TBM hanya menyandingkan buku tanpa berbagai kegiatan untuk masyarakat atau minim kegaiatan.  Dalam hal tersebut yang bergerak adal...

Mrs. Polos

            Ilustrasi POTRET Gallery Oleh  Dian Kusuma Alumni SMA Negeri 3 Nagan Raya, Aceh Aisya adalah gadis manis yang memimpikan suatu hari nanti ia akan menjadi seorang arsitek. Pada suatu hari Aisya lulus kuliah dan mendapatkan gelar S1 dengan nilai yang paling tingggi. Aisya sangat senang mimpinya telah tercapai. Namun halangan demi halangan terus saja berdatangan. Dari pertama, ia harus menerima tawaran ibunya yang memaksanya untuk menerima seorang laki-laki yang tidak dikenalinya untuk menjadi calon imamnya. Pada awalnya Aisya tidak setuju. Hal tersebut membuat ibunya menangis karena ketakutan. Jika Aisya tidak menerima, maka keluarganya akan malu. Sebab lamaran tersebut sudah duluan diterima keluarganya tanpa sepengetahuan Aisya. Aisya sedih melihat air mata ibunya. Lalu ia memutuskan untuk menerimanya dengan satu syarat. Mereka baru akan menikah setelah 1 tahun. Karena Aisya ingin mendapatkan pekerjaan da...

Gadis Polos

Foto dok. Banten.co Oleh: Rosnita Anggota  Kelompok Perempuan Usaha Kecil (KPUK)  Merak Putih, Bireun Seorang gadis usia 18 tahun, yang tinggal bersama kakaknya di sebuah kota. Dia kenal sebagai gadis yang polos. Suatu hari kakaknya mengajak si gadis ke sebuah acara. Di sana banyak orang yang datang. Dalam kerumunan orang-orang itu, sang gadis bertemu dengan seorang laki-laki yang belum Ia kenal. Laki-laki itu tersenyum melihat gadis. Ia tampak terkesima dengan  sang gadis itu.  Ia tampak  ingin mengenal gadis itu  lebih dekat lagi. Benar, ternyata  laki-laki itu mendekati gadis polos itu. Saat itu pula mereka saling mengenalkan diri. Buah dari perkenalan itu, tidak lama setelah pertemuan pada acara tersebut.  laki-laki itu bertandang ke rumah si gadis. Hemm, sepertinya laki-laki itu seperti orang kaya. Tak lama kemudian, si gadis diajak jalan-jalan ke pusat pembelanjaan untuk belanja sa...

MENYOAL KETERLIBATAN PELAJAR DALAM AKSI UNJUK RASA BERPOTENSI KEKERASAN

Oleh: Dony Purnomo,S.Pd Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro Wonogiri Jawa Tengah Aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa di berbagai daerah beberapa waktu lalu memunculkan pergerakan ke arah pelajar di sekolah menengah. Banyak ditemukan pesan Whatsap mengenai aksi yang digalang dengan tajuk siswa-siswi Indonesia bergerak pada hari senin 30 September 2019 pada pukul 07.30 WIB sampai selesai. Dalam pesan berantai itu mengajak para pelajar untuk turun ke jalan menyuarakan tuntutannya dalam bentuk unjuk rasa. Jika sampai terjadi pengerahan massa dari pelajar dalam aksi unjuk rasa merupakan hal yang memprihatinkan untuk wajah pendidikan Indonesia. Belum saatnya para pelajar terlibat dalam aksi unjuk rasa. Beberapa hal yang menjadikan pertimbangan pelajar belum saatnya terlibat dalam aksi unjuk rasa yaitu; Pertama, dalam aksi unjuk rasa rentan terhadap kekerasan fisik. Banyak kejadian unjuk rasa yang akhirnya ricuh dan mengakibatkan korban jiwa. Sebagai contoh nyata dua mahasisw...

BELAJAR TABAH DARI MUSIBAH

Oleh Mariana KPUK Pelongehen, Angkup Aceh Tengah Malam semakin larut. Aku belum mampu memejamkan mata meskipun tubuh ini  terasa sangat letih setelah seharian menyelesaikan aktifitas sebagai seorang perempuan yang juga sebagai seorang ibu rumah tangga. Hampir satu tahun aku menyandang peran ganda  sebagai seorang ibu, juga kepala keluarga. Semenjak suamiku sakit-sakitan  ( penyakit aneh ). Aku memutuskan melanjutkan usaha suamiku meskipun terkadang sangat melelahkan.  Namun aku menjalani semua ini dengan iklas dan senang hati demi buah hatiku yang belum mengerti apa-apa tentang kehidupan ini. Sejenak aku menerawang kembali tahun-tahun pertama pernikahan kami , walau hidup pas-pasan. Namun aku sangat bahagia dengan dikaruniai dua orang putra kebahagiaanku. Seakan tak pernah berakhir. Hari-hari yang aku jalani begitu indah dan menyenangkan. Sebuah keluarga kecil  yang harmonis. Suamiku yang pekerja ulet, membawa keluarga kami...

Birahi Nikah Siri

Foto dok. Kaskus Oleh Tabrani Yunis Nikah siri atau nikah di bawah tangan  adalah sebuah prosesi pernikahan yang yang dilakukan oleh seorang penghulu terhadap seorang laki-laki dan seorang perempuan di luar ketentuan hukum Negara. Artinya, tidak mengikuti mekanisme dan prosesi  pernikahan secara formal melalui  kantor urusan agama (KUA). Prosesi nikah siri pun dilakukan dengan sangat sederhana, tanpa terlalu banyak syarat seperti mahar, surat dari kepala desa dan bahkan tanpa persetujuan orang tua. Prosesinya hanya cukup dilakukan di depan penghulu dan saksi yang ditunjuk. Cara ini adalah  yang paling mudah, sederhana  karena tidak terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi dan murah, karena tanpa ketentuan atau kesepakatan akan mahar yang harus dibayar oleh seorang laki-laki kepada pihak perempuan. Maka, nikah ini disebut dengan nikah di bawah tangan. Melihat realitas pernikahan siri selama ini, maka banyak yang menilai bahwa nikah siri adalah sebu...

Pengerahan Anak Dalam Situasi Berisiko di Gedung DPR RI

Koalisi Nasional NGO Pemantau Hak Anak (Koalisi NGO)  meyakini bahwa perlindungan anak harus diterapkan untuk memenuhi tumbuh kembang dan kepentingan terbaik bagi anak. Hal ini haruslah tidak terbatas pada pencegahan, penanganan maupun pemulihan bagi anak yang menjadi anak korban pengerahan dalam situasi beresiko. Kami beranggapan bahwa, penyaluran aspirasi yang diikuti oleh pelajar setingkat SMA, (25/09/2019) di Gedung DPR RI, merupakan bentuk dari pengerahan anak dalam situasi beresiko.  Kami menyesalkan penanganan aksi masa yang dilakukan oleh Polri dengan penggunaan kekerasan yang berujung kriminalisasi pada anak-anak tersebut. Sampai sekarang (26/09), meskipun sebagian anak telah dipulangkan, namun sejumlah anak masih ditahan di Polda Metro Jaya untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait kasus kejahatan.   Kami juga kecewa atas lemahnya kinerja pemerintah dalam melakukan deteksi dini dalam upaya pencegahan pengerahan anak. Berbagai media menyebutkan bahwa a...

Untuk Kita Renungkan Soal Ekologi Gunung Halimon: Antara Emas, Kematian dan Sustainable

Oleh Agam Ramadhan Amanah ekologi? Ketika hidup menjadi miskin dan kerusakan di masa depan adalah urusan masa depan. Di saat utang Indonesia yang terus menggelembung, sedang kemiskinan merajalela, Pasal 33-34 UUD 1945 hanya pembohongan atas dalih negara hukum. Yang nyata hanya para penjilat alam dan perusak alam, karena kesejahteraan hanya milik para penguasa dan pemilik modal. Dengan dalih hukum, Indonesia menorehkan konstitusi yang jauh dari konsistensi. Hanya menjadi espektasi yang tak realistik! Sebagaimana pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemudian pasal 34 “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Padahal, realitas membuktikan bumi, ai...

Umi Mawadah, Jago Cipta Komik Strip

Ditulis Oleh Laura Oktaviany Marantika Umi Mawadah, yang kerap dipanggil Umi, lahir pada tanggal 09 November 2004 di Desa Jongar Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara. Umi adalah anak ke empat dari empat bersaudara. Umi ini adalah anak yang mengalami keterbatasan pendengaran dan wicara. Kita sering menyebutnya dengan tunarungu. Saat ini Umi duduk di bangku kelas IX/B SLB Negeri Pembina Provinsi Aceh yang beralamat di jalan Rel Kereta Api Desa Jurong Peujera Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Kini Umi tinggal jauh dari orang tua dan saudaranya. Ia harus merantau demi menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa Umi dan rela tinggal di asrama dengan izin orang tuanya. Selama tinggal di asrama, Umi adalah pribadi yang baik dan ceria serta disenangi oleh teman-teman asrama. Juga teman kelas dan sekolahnya. Di asrama Umi dididik menjadi anak yang mandiri, mengurusi diri sendiri dan hal-hal pribadi lainnya. Umi juga setiap hari membantu ibu asrama seperti menya...

SLB Negeri Pembina Provinsi Aceh Menjadi Tuan Rumah LKSN- ABK

Banda Aceh, 25/09/19. Pada hari ini Rabu tanggal 25 September tahun 2019, Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN)  Pembina Provinsi Aceh menjadi tuan rumah pada kegiatan  Lomba Keterampilan Siswa Nasional (LKSN) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tahun 2019 .  Kegiatan tersebut diikuti oleh delapan sekolah luar biasa  yang berada di di wilayah I yang meliputi kota Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang. Ke delapan sekolah tersebut masing-masing, SMPLB YPPC, SMALB YPPC,  SMPLB BUKESRA, SMALB BUKESRA, SMPLB CD YPAC, SMPLB B YPAC, SMALB B YPAC dan  SLBN PEMBINA PROVINSI ACEH. Acara tersebut  dibuka langsung oleh  Ketua Musyawarah Kerja kepala sekolah (MKKS) wilayah I,  Munawarman, A. Ma. Kegiatan ini diselenggarakan untuk sekolah-sekolah luar biasa yang berada di wilayah I yang berlangsung selama dua hari dengan menampilkan sembilan cabang lomba sebagai berikut: Lomba  Menjahit putra/putri SMPLB/SMALB, ...

Bantu Atasi Bencana Asap, ACT Aceh – MRI Berangkatkan Relawan ke Riau

Banda Aceh – Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh memberangkatkan sebanyak 10 relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh menuju Riau untuk ikut membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan serta dampaknya. Pelepasan relawan berlangsung pukul 12.00 WIB di depan Kantor ACT Aceh, Jalan Tgk M Daud Beureueh, Banda Aceh, Senin (23/9). Sebelum berangkat, relawan mengikuti apel kemanusian. Adapun relawan perwakilan dari berbagai MRI yang tersebar di berbagai daerah di Aceh tersebut dibagi ke dalam beberapa bidang seperti medis, dapur umum, logistik, dan rescue.  Kepala Cabang ACT Aceh Husaini Ismail menuturkan bahwa relawan yang diberangkatkan ke Riau diharapkan terlibat aktif mengatasi kebakaran serta dampaknya. “Seperti kita ketahui bersama, kebakaran di sebagian wilayah Sumatera berdampak semakin luas. Bahkan sekarang kabut asap sudah mulai menyelimuti langit Aceh,” ucapnya. Ia menjelaskan, kabut asap akibat kebakaran memiliki efek sangat tidak menyehatkan bagi t...

Istana Megah

Oleh Dian Kusuma Alumni SMA Negeri 3 Nagan Raya, Aceh Pada hari yang dingin aku duduk di bangku kelas. Ku lihat ke arah luar hujan turun sangat deras. Aku meratapi diriku yang sendirian tampa teman. Aku hidup jauh dari keluwargaku. Hal ini telah sering aku rasakan semenjak aku tinggal di ibu kota. Saat azan berkumandang sering kali air mataku mengalir. Aku teringat masa-masa kecil di desa. Aku beranjak dari bangku ku melangkah menuju mushola yang tidak jauh dari kelasku. Aku mengabil wudhu di keran yang berada di sebelah mushola sekolah. Saat air membasahi wajahku. Seketika hatiku sedih, teringat bayangan saat aku masih bersama ibuku. Setiap hari sebelum aku merantau ke kota. Ibuku selalu mengingatkan aku untuk segera bangun jika azan telah berkumandang. “Dara! Jangan suka menunda-nunda shalat jika azan telah berkumandang. Bangun jangan sampai ibu cubit nanti.” Setelah itu aku bangun dari tempatku lalu segera salat. Ibuku sangat senang jika ia melihatku shalat. Ia se...

Masa Lalu

   Oleh Naila Arifa Siswa MAS Ruhul Islam Anak Bangsa Rapuh jemariku membalikkan lembaran kisah tentangnya terbang anganku bersemayam di atas rinduku padanya Buta akan sebesar apa rasa ini tumbuh tak tahu harus kutambatkan di mana samar ku lihat banyangan dirinya Begitu agung bak mutiara Yang tersimpan di lautan dalam Kutahu ku sangat rapuh Hingga angin menghempas Perlahan lahan raga menghilang Bagai pungguk merindukan bulan  

KEHILANGAN DAN RINDU

Oleh : Dinda Puspa Vidya Kelam langit senja telah membawa kita Menusuri cerita lama tentang cinta yang setia Pada cinta yang teguh menggenggam harapan Bait-bait kidung terus terlantun dengan rintihan Kemudian malam hari menjadi berkali lipat dari biasanya Sejak kepergianmu, aku seakan muak dengan sesaknya dunia Apakah perpisahan membuat waktu menjadi berbeda? Apa yang kusebut rumah, tak lagi kutemui damai disana Kehilangan Setelah kepergianmu, jemariku kembali hampa Aku meminta kedamaian dalam jiwaku Bibirku menebar kata ikhlas Tapi, air mata menjadi pengantar setia tidur malamku Kehilangan Setelah kepergianmu, aku hanya duduk sendirian Menghitung detik-detik yang kuhabiskan Berharap cepat kutemui dirimu Kemarin kita sepakat Bahwa cinta kita tak pernah terikat Maka kini, aku telah sampai batasku menahan rindu Kasih, aku sudah siap menemui dirimu Banda Aceh, 20 September 2019 Penulis Dinda Puspa Vidya. Gadis yang berusia ...

Aku Tetap Aku

Oleh  Hamid Barata Aku buktikan aku tetap aku Di waktu aku kecil Kau berkata Kau mau jadi apa? Aku tak hiraukan Waktu aku SD Kau berkata Kau mau jadi apa? Waktu aku SMP Kau masih berkata Kau mau jadi apa? Waktu aku sudah tamat SMA Kau masih membisikan Kau mau jadi apa? Waktu aku kuliah Kau berkata mungkinkah Kau jadi pendai? Waktu aku masuk PGSD Kau berkata mengapa kau kuliah di situ? Waktu aku jadi guru Kau berkata dia sudah jadi guru Waktu aku kepala sekolah Kau berkata kepada teman Dia sudah jadi kepala Hari aku sudah jadi pelayan pendidikan Kau tak berkata apapun Apakah kau sudah bosan ? Atau kau bangga dengan ku Maaf kawan nasip bukan warisan Nasib dari ikhtiar Aku tetap aku Laut sabang, 19 September 2019 Dalam kapal Express Bahari Hamid Barata

Membangun Kemandirian Klien BAPAS Yang Humanis

Oleh Tabrani Yunis Dahulu, sebelum bencana tsunami, ketika tinggal di perumahan Pola Yasa, Kajhu, setiap hari melintasi BAPAS, singkatan dari  Balai Permasyarakatan Kelas II Banda Aceh, yang terletak di jalan Laksamana Malahayati, desa Krueng Cut itu. Setiap kali lewat dan melintasi kantor tersebut, selalu saja muncul dalam ingatan, BAPAS itu adalah penjara atau rumah tahanan. Setelah bencana tsunami, sudah lebih dari 14 tahun, ketika melewati jalan itu, melihat BAPAS, maka dalam pikiran, bangunan itu adalah penjara yang di dalamnya adalah para narapidana. Ya, narapidana yang dipenjara karena kasus criminal dan juga kasus narkoba. Kesan dan pikiran seperti ini muncul, wajar. Dikatakan wajar, karena belum pernah masuk melihat langsung ke dalam BAPAS tersebut. Bayangkan saja, sudah bertahun-tahun lamanya, ketidakfahaman itu bersarang di dalam pikiran dan menjadi kesan yang keliru. Munculnya kesan keliru tersebut, bisa jadi dikarenakan rendahnya kemampuan literas...